Asal Usul pempek Palembang


Pempek pada awalnya dibuat dan diperkenalkan ke khalayak masyarakat Palembang oleh etnis tionghoa. Kenapa Etnis Tionghoa? etnis Tionghoa berdasarkan catatan sejarah telah berada di Palembang sejak abad ke 3 Masehi. Hal ini terjadi karena Palembang merupakan kerajaan maritim yang berada di pesisir sungai Musi dan selalu dilintasi oleh pedagang dari luar, termasuk China. Etnis Tionghoa selain berdagang di Palembang mereka juga menyebarkan agama Budha, oleh karena itulah kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu kala dikenal sebagai tempat belajar biksu-biksu muda berdasarkan catatan I-Tsing (Tepatnya berada di daerah Bukit Siguntang, sampai sekarang masih terlihat gundukkan2 tanah dan batu2 bata yang tersusun disitu. Diyakini sebagai tempat belajar biksu2 tsb)
Kembali lagi ke pempek. Pada saat itu terdapat larangan bagi etnis selain Melayu untuk tinggal didarat. jadi, etnis China, India dan Arab semuanya bertempat tinggal di daetah pinggiran Sungai Musi.
Etnis Tionghoa yang memang memiliki tingkat kreativitas tinggi melakukan inovasi ketika dihadapkan dengan situasi ini. pada saat itu, di sungai Musi masih terdapat banyak ikan Belida. maka mereka membuat makanan yang merupakan campuran antara daging ikan Belida, sagu dan air. kenapa ikan Belida? karena ikan Belida memiliki tekstur yang dapat cepat bercampur dengan sagu dan air.
Lalu mereka menjual makanan ini di sepanjang sungai Musi dengan menggunakan perahu. Etnis Tionghoa di Palembang dikenal dengan nama “Apek”, jadi ketika ada konsumen yang ingin membeli dagangan tersebut mereka memanggil “Apek, Apek, Apek”. Setelah itu, makanan ini pun dikenal dengan nama Pempek seperti yang kita tahu sekarang. Karena ikan belida sekarang sulit ditemukan (bahkan sungai2 di daerahpun ikan ini jarang ada maka sekarang pempek dibuat dengan ikan Gabus yang lebih mudah ditemukan.
Karena di Palembang tidak hanya didiami oleh etnis Melayu dan Etnis Tionghoa tetapi juga India dan Arab, maka terjadi juga asimilasi pada makanan2 khas Palembang tidak hanya pempek. Ada makanan Palembang yang disebut dengan Ragit. Yaitu semacam dadar gandum yang di panggang dengan cetakkan khusus lalu dimakan dengan kuah kari.
Atau kue2 khusus seperti Maksuba, Kue Lapan Jam (Karena memang dimasak selama 8 jam). Makanan2 tersebut selain memiliki fungsi untuk dikonsumsi tetapi juga merupakan simbol status sosial dari si pemakan.
Artinya, makanan tertentu hanya dapat dimakan oleh status soial tertentu. Sistem Statifikasi Sosial yang ada di Palembang merupakan status yang dibawa sejak lahir (Ascribed Statue) dan dapat diidentifikasi berdasarkan gelar yang dipakai oleh orang tersebut.
Semoga penjelasan saya tersebut dapat memberikan pencerahan.

0 Response to "Asal Usul pempek Palembang"

Post a Comment

//add jQuery library