Judul asli: Bibbi Bokkens magische Bibliothek. Pengarang Jostein Gaarder & Klaus Hagerup. Penerjemah: Ridwana Saleh. Penerbit Mizan, 2006, tebal 294 halaman.
*review ini pindahan dari goodreads.com, dibuat bulan Maret 2008:) *
Nils Torgersen dan Berit Boyum dalam buku ini bergantian menulis di sebuah buku-surat yang mereka kirimkan melalui jasa pos. Bukan cuma kabar tentang keluarga, mereka juga bertukar ide gila dan imajinasi.
Oiya, Nils (cowok) dan Berit (cewek) adalah dua remaja bersepupu yang tinggal di dua kota Oslo dan Fjaerland yang tepisah ratusan kilometer di Norwegia. Buku-surat adalah ide mereka mengumpulkan “kata-kata dalam album, bukan foto”. Semua hal mereka ceritakan bergantian, saling membalas dan bersambungan.
Tadinya hal sepele dalam pikiran muda mereka yang dijadikan bahan cerita, misalnya tentang riwayat pembelian buku yang mereka jadikan buku-surat ini, dan tentang hal-hal yang mereka temui sehari-hari. Sebuah nama “Bibbi” yang dibaca Berit pada sebuah surat akhirnya menghantui mereka dan menghantarkan kedua tokoh utama ini pada sosok Bibbi Bokken, seorang perempuan misterius yang nampaknya punya kemampuan untuk ada di mana saja dan ternyata mengenal siapa saja.
Dalam upaya mereka mencari tahu apa dan siapa sebenarnya Bibbi Bokken itu, Nils dan Berit dihadapkan pada banyak teka-teki aneh. Misalnya, apakah Bibbi Bokken itu seorang pembunuh berseri yang mencintai buku, penasehat rahasia mantan Wakil Presiden AS Walter Mondale atau sekedar perempuan setengah baya yang kesepian di rumah kosong bercat kuningnya? Apa sebenarnya rencana Bibbi dengan “buku yang akan terbit tahun depan”? Lalu apa hubungan antara Bibbi dengan Astrid Lindgren dan bahkan Ratu Sonja?
Bab pertama buku ini menempatkan pembaca pada alam pikir dan prasangka Nils dan Berit tentang hal yang mereka hadapi. Surat keduanya yang sambung-menyambung membawa kita pada makin rumitnya keseharian mereka, dan semuanya berhubungan dengan Bibbi! Kita bagaikan melihat bagaimana kedua remaja ini dipaksa memutar otak menggali berbagai misteri dalam berbagai cara yang mereka bisa. Berit harus pura-pura menjual karcis lotere ke rumah Bibbi, dan Nils bagaikan detektif memanfaatkan kunjungan akhir pekan bersama orang tuanya ke Roma untuk melacak jejak surat yang dikirim untuk Bibbi.
Dalam bab pertama inilah banyak hal yang terkait dengan buku digelar, mulai dari istlah incunabula, bibliophile, klasifikasi desimal Dewey untuk katalog perpustakaan, hingga pengenalan para tokoh penulis drama (Henrik Ibsen), memoar (Anne Frank), dan cerita anak-anak (HC. Andersen, Astrid Lindgren, dan AA. Milne). Hal yang menyenangkan adalah, semua hal ini tidak muncul berdesak-desak, tetapi dengan sabar menanti diselipkan bergantian pada salah satu surat Nils atau Berit. Rasanya seperti mengikuti sandiwara radio di mana tokoh-tokohnya bergantian muncul tanpa disangka dan kita bisa tahu peran mereka dari alur cerita yang berjalan.
Akhirnya setelah lebih dari dua pertiga buku, pembaca dibawa pada petualangan naratif nir-teks Nils dan Berit. Bab ini diawali seperti film yang menunjukkan pada penonton bahwa “tokoh kita ditangkap garong!” Kedua jagoan kita akhirnya menyibak rahasia besar Bibbi Bokken di hadapan orangnya sendiri, rahasia yang akhirnya membuat pembaca terperangah: jadi Bibbi ini sebenarnya penjahat atau jagoan, sih?
Hal yang membuat saya begitu terpikat pada buku ini adalah kemampuan kedua penulisnya untuk bercerita dengan begitu khas remaja. Kesembronoan, keangkuhan sekaligus ketakutan anak belasan tahun bisa terlihat dari tiap kalimat di buku ini. Tulisan dalam buku surat misalnya, mencerminkan ketinggian daya khayal anak-anak, di mana kadang Nils menjadi detektif, kadang sastrawan dan Berit bisa juga jadi pencuri profesional. Layaklah bila membaca buku ini kita akan lebih menghargai buku, atau lebih luasnya, budaya baca tulis.
Saya kutipkan salah satu narasi dari Nils di buku ini: “…setiap kali membuka sebuah buku, aku akan bisa memandang sepetak langit. Dan jika membaca sebuah kalimat baru, aku akan sedikit lebih banyak tahu dibandingkan sebelumnya. Dan segala yang kubaca akan membuat dunia dan diriku sendiri menjadi lebih besar dan luas…”
0 Response to "Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken"
Post a Comment